mencoba berkarya lewat secarik kertas

Hallo pembaca sekalian! Mungkinkah anda berada dihalaman ini karena sedang mencari :

puisi pendek
contoh puisi cinta
puisi pendek tentang cinta
puisi cinta sejati
contoh puisi bebas
puisi romantis
puisi sedih
contoh puisi sahabat

Keterbatasan tidak selamanya menjadi penghalang. Ada kalanya segala keterbatasan bisa menjadi pemicu seseorang untuk bisa berbuat lebih. Contohnya adalah apa yang saya alami di siang ini. Dengan keadaan yang menerpa diri, akhirnya tangan dan pikiran ini tergerak membuat sebuah puisi.

Sebagai media menuangkan ide, saya mencoba berkarya lewat secarik kertas seperti yang bisa kalian lihat di foto ini
contoh puisi-mencoba berkarya lewat secarik kertas

Berikut adalah puisinya;

Ketika sang surya belum terlalu tinggi
Detik bergulir tiada henti
Kesenangan yang telah direnggut,
tak kunjung datang kembali

Cuma serapah dan harap
yang terlintas dalam akal
Tiada yang bisa dilakukan,
Hanya menunggu.....
Yang entah kapan kan datang

Segala rencana mendadak sirna
Ditelan sang waktu
Yang tak mau menunggu
Dan tak akan pernah mau menunggu
Siapa pun diri mu

Sejenak aku termangu
Mengingat orang-orang dahulu
Yang tak pernah mengeluh dan berharap
Meski hidup tanpa pijar lampu

Segitu aja puisinya. Bait-bait puisi di atas sudah cukup mewakili kegalauan saya di siang ini. Isi atau makna puisi di atas kalau mau di ubah kebahasa yang lebih lugas kira -kira seperti ini cerita per baitnya:

  1. Pagi menjelang siang tiba-tiba mati lampu atau mati listrik atau ditempat saya disebutnya "aliran". Kondisinya saya lagi start up komputer pas lagi booting dan batre HP tinggal 15% (mampus deh mati gaya).
  2. Saya pun mengumpat  dalam hati ( payah nih PLN, sialan betul ganggu kesenangan orang). Gak bisa ngapa-ngapain, cuma bisa menunggu berharap listriknya cepat nyala. Dan itu bisa lama atau bahkan lama banget. Tahu sendirikan zaman sekarang kalau tanpa gadget dan internet waktu terasa begitu lambat.
  3. Saya nyalain komputer rencana mau ngabisin kuota yang bakal habis jam 12 tadi siang. Masih sisa banyak kuotanya. Sayang banget cuy kalau kuota gak dipake sampai habis.
  4. Saya jadi kepikiran, gini kali ya rasanya hidup di zaman kakek-nenek atau leluhur saat mereka masih muda. Gak ada listrik, gak ada gadget, internet, sosmed. Di bait ke empat inilah betapa kita harus bersyukur dengan adanya listrik (kemajuan teknologi) kita bisa merasakan apa yang tidak bisa dirasakan orang-orang terdahulu.
Nah begitulah makna puisi di atas kalau saya tulis secara frontal. Seandainya puisi ini harus pakai judul, entah apa judul yang tepat untuk diterapkan di puisi ini. Karena kalau judulnya Pemadaman Listrik atau Aliran rasanya kok jadi kurang puitis ya.

Semoga ada pihak PLN yang baca puisi ini. "Benerin napa Pak PLN pelayanannya. Masa gak ada hujan gak ada angin, kondisi cerah ceria tiba-tiba mati listrik".

Sekian puisi kali ini. Silahkan tinggalkan pesan kalau tulisan ini memang berkesan.



Related Posts:

0 Response to "mencoba berkarya lewat secarik kertas"

Post a Comment